Friday, 26 April 2013

Stand Up Comedy

Sekarang ini gue lagi suka sama Stand Up Comedy (SUC), komedi cerdas dengan pembawanya yang cerdas pula. Kenapa gue suka? Karna dalam memberikan tawa pada orang lain tak perlu dengan gaya yang berlebihan, itu justru terlihat trying to be funny, cukup dengan kalimat-kalimat cerdas yang dilontarkan, itu sih udah 'pecah' banget. Mungkin di beberapa bit, perlu gerakan yang memang harus maksimal untuk menyempurnakan setiap lawakan, agar terlihat tidak monoton.


Beberapa komika hebat

Setiap komika (Stand Up Comedian) punya gayanya sendiri, ada yang menyuguhi lawakan-lawakan cerdas, ada yang bergaya dengan ke-absurd-annya, ada pula dengan berdiri sambil melangkah sedikit ke kiri dan ke kanan. Contoh komika yang cerdas adalah Ryan Adriandhy. Setiap lawakan yang dia bawakan adalah hal-hal kecil yang jarang kita pikirkan, kemudian ketika dia bawakan ke atas panggung kita akan tertawa dengan hal tersebut. Komika yang absurd adalah Kemal Palevi. Saat dia Stand Up, kerap kali ia menyelingi lawakannya dengan tawa absurd-nya, kemudian dengan gerakan-gerakan kecil yang menambah kelucuan. Ada lagi komika yang punya ciri khas dengan ekspresinya yang benar-benar act out, sebut saja dia Ge Pamungkas. Komika dengan wajah ganteng ini sering membawakan bit-bitnya dengan mata melotot. Emang sedikit serem sih...

Ryan Adriandhy
 
Ahmad Kemal Palevi

Genrifinadi Pamungkas
 
Kebanyakan orang mengetahui Stand Up Comedy karena Raditya Dika. (kak) Radit adalah penulis bergaya komedi yang menjadi perhatian publik. Mungkin beberapa orang jika ditanya mengenai komika di SUC, mereka lebih akrab dengan sosok Radit. Tapi bagi penggemar SUC mereka tidak hanya mengetahui Radit tapi komika yang lain. Memang, Radit adalah komika dengan materi berpacaran dan per-film-an Indonesia yang sangat mengundang tawa. Maka dari itu sosok Radit lebih dikenal publik dalam SUC.





Raditya Dika


Gue sendiri menyukai 3 komika absurd. Kenapa gue suka komika absurd? Kenapa gue nanya begitu? Karna gue akan menjawabnya sendiri.. Absurd kan? Oke langsung aja.. Gue suka komika absurd karena ke-absurd-annya itulah yang mengundang tawa kecil hingga sedikit air mata derap tawa (?) Kejanggalan dalam gayanya membawa bit, justru itulah titik kelucuannya (bagi gue). Mereka adalah Raditya Dika, Kemal Palevi dan Fico Fachriza (Robot). Gue suka Radit karna materi-materinya yang cerdas dan lucu banget, kadang pula menyertakan cerita keluarganya yang ada di bukunya. Kemal Palevi sendiri mempunyai ciri khas dengan gerakannya yang emang gak jelas dan tawanya yang beda dari orang lain, berikut materi-materinya juga. Ficocacola, komika yang satu ini emang aneh banget. Biasanya dia membawakan bit-bit aneh, seperti permainan anak kecil. Dia terkenal dengan bit robot, botol, kecap, gigi dan banyak lagi. Kalau lo nonton Stand Up-nya dia, lo bakal bingung kalau lo gak punya selera komedi, hehe.. Untuk lebih jelasnya siapa dan bagaimana mereka, bisa di-search di google atau streaming youtube buat tau lawakan yang mereka suguhkan.

Raditya Dika, penulis bergenre komedi
 
Fico, peliharaan robot
 
Okeydey, sampai sini dulu postingan gue, akhir-akhir ini gue bakal jarang nge-post dikarenakan urusan sekolah. Harapan gue sih Stand Up Comedy gak berjaya dalam beberapa tahun saja, tapi justru bertahun-tahun. Untuk itu sih diperlukan warna baru di setiap penampilan komika agar tidak terlihat membosankan.

Thursday, 18 April 2013

Lalu Ada Hening yang Panjang...

Senin, 15 April 2013 kemarin, gue dan kedua teman gue mencoba dengan modal 'sok tau' mengunjungi Perpustakaan Nasional, yang terletak di daerah Salemba. Kami bertiga sebagai orang awam hanya berniat mencari pengalaman, ingat. Karna dari dulu gue penasaran banget isinya tuh kayak gimana, apakah buku-buku indah nan gemilau akan berjejer di sana ataukah akan banyak orang-orang bertampang cerdas yang akan berserakan di sana. Maka dari itu, gue langsung aja merencanakan kunjungan ke sana, yak tepat senin kemarin.

Selain mencari pengalaman (baca: main-main) ke sana, gue dan teman gue juga sambil ngerjain tugas kelompok dong. Di lantai satu tepat di tempat yang bernama 'hot spot' kami bertiga menyelesaikan tugas kurang lebih 45 menit. Sebelum sampai di tempat itu, ada hal absurd yang terjadi. Dari awal masuk pagar, kami disambut oleh satpam yang gak jelas.

              "Cie seger bener.. Ehem.. Seger banget.." sahut dua satpam aneh yang melihat temen gue membawa minuman dingin.

Karna hal itu gue berpikir seandainya ada bule yang datang, apa yang dia katakan..

              "Cie putih bener.. Cie kulitnya putih nih yee.." Begitu kira-kira.

Tanpa memperdulikan mereka, kami langsung menuju ke dalam perpus. Entah, kami gak tau masuknya dari mana. Kami hanya melihat segerombolan anak manusia, lalu mengikutinya. Di situ gue cuma berharap gak akan terjadi lagi hal gila yang pernah gue alami. Ceritanya, gue sama temen gue mau ke lapangan banteng untuk mengambil nilai olahraga. Bermodal peta jalur busway dan penjelasan temen gue yang sering pulang pergi naik transjakarta, gue dan temen gue nekat pergi. Ketika di dalam transjakarta, kami melihat ada seseorang memakai seragam olahraga yang sama, pasti dia mau menuju tempat yang sama dengan kami. Jadi? Ikutin dia! Pas nyampe di transit-an busway, gue nungguin temen gue yang satu lagi soalnya kita bertiga bareng ke lapangannya. Nah, gue manfaatin moment buat ngeliatin ke mana arah si anak cewek tadi pergi, setelah temen gue yang satu lagi nyampe, kita ikutin dia. Tak lama, gue jadi bingung kenapa dia cuma diam. Entah nunggu transjakarta dengan arah lapangan banteng, atau apa gue gak ngerti. Sampai suatu ketika temen gue dateng, dia tampak kenal dengan anak cewek itu. Selidik punya selidik, ternyata.. DIA JUGA MAU IKUTIN GUE SAMA TEMEN GUE! Dia juga gak tau naiknya ke arah mana. That's shit, men.

Balik lagi ke perpus, awalnya gue berpikir gak mau ngulangin kesalahan yang sama. Tapi, coba aja deh daripada gak tau harus ke arah mana lagi. So, trust them. Beruntung, tidak terjadi hal itu lagi. Mereka membawa kami ke tempat yang benar, walaupun mungkin mereka bingung kenapa kami mengikuti mereka, tapi bodo amatlah. Setelah itulah baru kami mengerjakan tugas lalu membuat kartu anggota. Beberapa lama kemudian, setelah registrasi dan foto selesai, kartu kami siap dipakai.

Sekali lagi, bermodal 'sok tau' kami menuju lantai atas. Yak, satu lagi nekat. Saat melihat peta letak perpus, tampaknya kami tertarik dengan lantai 4 yang terdapat beberapa hal tentang 'perfilman'. Langsung menuju lift, hal absurd dimulai..

                    "Dek, mau ke lantai berapa?" tanya seorang bapak yang sepertinya adalah pengurus perpus.
                    "Ke lantai 4, pak," jawab teman gue ragu.
                    "Oh.. Mau bikin penelitian atau skripsi?" kekepoan bapak itu berlanjut.

Lalu ada hening yang panjang...

                    "Mau cari buku apa?" tanya si bapak itu memotong hening.
                    "Belum tau, masih mau cari2 aja," jawab temen gue.
                    "Oh, kalo gitu, mending ke lantai dua dulu cari data2 buku, baru ke lantai 4," si bapak menjelaskan.
                    "Oh gitu, makasih ya, pak," balas teman gue mengiyakan saran si bapak tadi.

Sesampainya di lantai dua, kami melihat deretan komputer berjejer. Kami menuju salah satu komputer lalu berpura-pura mencari buku dengan asal-asalan. Setelah gue merasa bodoh, kami langsung menuju lantai 4. Begitu nyampe di lantai 4, kami terlihat lebih aneh. Bolak-balik nyari ruangan, kami didatangi seorang ibu berkerudung rapih.

                     "Dek, mau ngapain?" tanya si ibu.

Lalu ada hening yang panjang...

                     "Mau.. Itu.. Eh.. Itu.." balas teman gue sangat ragu.
                     "Hayo, mau ke mana?"

Lalu ada hening yang panjang...

                     "Mau ke tempat perfilman," tangkas teman gue menggunting keheningan.
                     "Oh.. Itu di sana!" Si ibu menunjukkan tempatnya.

Tanpa pikir panjang kami langsung masuk tempat yang ditunjuk ibu tadi. Sempat gue berpikir, apa mungkin gue bilang 'Bu, kami cuma refreshing aja, jadi jelaskan pada kami konsep perpustakaan ini'. Gak. Begitu masuk, kami mengisi absen, semacam apa ya gue gak tau.. Dengan tampang dungu, kami menghampiri satu komputer lalu menyalakannya, persis saat main di warnet. Tak berapa lama, seorang bapak dengan tubuh berisi dan berpakaian kemeja yang sedikit berantakan menghampiri kami.

                     "Dek, mau ngapain?" Lagi-lagi pertanyaan itu muncul.

Lalu ada hening yang panjang...

                     "Mau internetan ya?" tanya si bapak kembali.
                     "Iya," tangkas temen gue.

Setelah itu kami browsing sama seperti bermain di warnet. Sungguh menyedihkan...
Karna kejadian-kejadian itu, kami memutuskan untuk langsung pulang, meninggalkan Perpustakaan Nasional yang kelam itu. Tak seperti yang gue harapkan, jejeran buku di pinggirannya dan meja belajar di tengahnya. Sangat berbeda dengan konsep aslinya.

Pesan moral: Jika anda belum pernah mengunjungi dan ingin ke Perpustkaan Nasional, hendaknya membawa orang yang paham tentang konsep tata letak perpus tersebut. Jika tidak, silahkan menerima resikonya.

Tuesday, 16 April 2013

Teori Kaca Rumah

Panas matahari berkeliaran sangat liar, suasana tampak begitu sepi, dan di sana gue memulai tawa yang cukup aneh. Ya, tepat di rumah Fochay, gue dan Eruba mengukir pengalaman aneh. Saat itu, keadaan benar-benar menegangkan. Hal itu dipacu oleh penantian kedatangan UN yang begitu mendebarkan. Tapi, tetap saja kami menanggapinya dengan rileks dan tak banyak pikiran. Semangat dan rasa optimis yang kami akarkan pada benak kami.

Gue yang cenderung mampu dalam bidang Matematika, mengajarkan mereka cara menyelesaikan soal yang sulit. Fochay yang cenderung di bidang IPA mengajarkan gue dan Eruba, baik dalam perhitungan ataupun ingatan. Eruba yang cenderung dalam bidang bahasa, duduk manis mendengarkan gue dan Fochay yang mengajarinya persis seperti guru muda. (kece kan? *lagi nulis cerpen woy, konsen!!*). Dalam kegiatan belajar mengajar itu, kami selingi dengan obrolan dan tawa kecil, lalu kembali ke tujuan utama, yaitu belajar. Sejauh itu, kami masih tampak normal. Syukur deh..

Beberapa lama setelah itu, sosok seperempat tampan yang ditemani gitar datang menghampiri rumah Fochay. Lelaki itulah yang memulai semuanya menjadi absurd. Jelasnya, profesi lelaki itu adalah sebagai pengamen. Ya, jadi dia datang ke rumah Fochay buat ngamen (gaya bahasa terlalu baku, sehingga pembaca berimajinasi lelaki itu sosok misterius, padahal bukan). Jujur, gue dan Fochay memiliki ketakutan (aneh) yang sama. Takut pengamen dan pengemis yang menghampiri rumah. Setiap pengamen yang samar-samar terdengar menyanyi di sekitar rumah kami, kami langsung mengeluarkan jurus kecepatan berlari (dilengkapi muka ketakutan) dan segera menutup pintu sebelum pengamen datang. Gaya lari banyak macamnya. Bisa dengan kaki mengangkang atau terbuka lebar (agar cepat sampai pintu depan) ataupun lari kecil (agar tidak ketahuan) dengan tangan panjang meraih pintu, kemudian mendobrak pintu dengan cepat dan tangkas. Yihaaa!

               "Kaca rumah gue satu arah kok, tenang aja kalau ada orang yang ngintip rumah gue,"
                 kalimat lama Fochay yang masih gue ingat. Itu menenangkan gue, sedikit.

Begitu lelaki itu berdiri tepat di depan pagar Fochay, sontak Fochay berlari menuju kamarnya dan meninggalkan gue dan Eruba yang tampak bingung di ruang tv. (sebenarnya gue mau ikutan sembunyi, tapi itu bukan kamar gue, jadi gue hanya bisa memperkuat iman saja.
Berbekal kalimat lama Fochay yang kita kenal sebagai "Teori Kaca Rumah", gue langsung bersembunyi di balik kursi tamunya sambil melirik pengamen itu, untuk meyakinkan dia bisa melihat isi rumah atau tidak. Sedangkan Eruba; bengong dan bingung melihat gue. Gue merasa ada hal yang janggal, sepertinya teori Fochay tentang kaca rumahnya salah (banget). Mata si pengamen terlihat berkontak dengan gue yang lagi memperhatikan dia dari dalam. Tapi, sebaiknya gue harus optimis dan percaya dengan perkataan pemilik rumah.

Pengamen itu bernyanyi sangat lama, dan gelagat pandangannya begitu mencurigakan. Tak bisa dipercaya, gue langsung berpindah tempat ke pojok ruangan agar dia tidak melihat gue lagi. Sempit, iya sempit. Tak lama, Eruba juga merasa takut, entah kenapa. Dan tawa-takut menyebalkan tampak dari dalam kamar Fochay. Dia takut, tapi dia ketawa. Udah. Masih digandrungi rasa penasaran, gue mengintip dari balik jendela untuk memastikan teori kaca rumah tersebut. Tapi, gue lebih percaya terhadap pandangan si pengamen yang benar-benar terarah. Gue hanya bisa pasrah.

Setelah sekian lama si pengamen mengeluarkan suara sorgawinya dan berdiri alakadarnya di depan pagar, akhirnya dia pergi. Pergi. Dia pergi, Man!!! Suara sorak sorai ramai terdengar di mana-mana atas hilangnya sosok seperempat tampan itu (nggak gitu juga sebenarnya..). Kemudian Fochay keluar dari tempat kediamannya dan tertawa lebar. Gue menarik nafas panjang dan Eruba tertawa kecil. Ini benar-benar aneh.

               "Eh, itu kaca lo beneran satu arah gak sih?" tanya gue kesel.
               "Iya, gue udah pernah coba. Gak keliatan dari luar kok," balas Fochay meyakinkan.
               "Tapi pas gue ngeliat pengamennya dari kaca, dia kayak ngeperhatiin gue gitu. Matanya
                bener-bener ngeliat ke arah gue," kata gue tidak percaya.

Langsung saja gue keluar rumah dan membuktikan teori kaca rumah Fochay itu. Gue berlari menuju tempat pengamen itu berdiri lalu memandangi isi rumah. Dan.. SIALAN! KELIATAN, BRO!!! Dari luar rumah, isi rumah masih kelihatan melalui kaca itu walaupun samar-samar. Itu berarti, si pengamen menyadari gelagat gue dan Eruba tadi. Gue yang tampak bodoh bersembunyi sambil nongol-nongol di balik kursi, dan Eruba yang membelakangi kaca jendela (pura-pura tidak tahu). Kemudian perpindahan tempat yang gue lakukan, ditambah lirikan gue dan Eruba ke arah luar kaca jendela memata-matai dia. Dia lihat, woy! Teori kaca rumah Fochay salah. Banget. Gue menyesal mengintip-ngintip bodoh dari balik kursi. Dan semua berakhir dengan random. Beberapa lama menenangkan diri dari tawa keras kami, kami melanjutkan belajar. Selesai.

Pesan moral : Jangan mudah percaya terhadap sesuatu yang belum anda pastikan sendiri. Buktikan, baru terapkan.

NB : Cerita tersebut adalah kisah nyata. Fochay adalah teman gue yang bernama asli Sifa Cahayati. Dan Eruba adalah Elva Mustika Rini. Lihat di postingan gue sebelumnya!
Kenapa gue ubah nama mereka terus akhirnya dibeberkan juga nama aslinya? Gue cuma mau ada kesan tersendiri aja dalam pembacaan cerita ini, jadi kalian bisa mengimajinasikan sendiri terlebih dahulu sosok mereka berdua. Setelah itu, baru mengetahui sosok aslinya.. (itu pun kalau ada yang baca postingan ini, hehe).


Thursday, 11 April 2013

Cerita absurd sahabat

Hello guys, it's friday!
Gue lagi kangen banget sama teman-teman dekat di SMP gue dulu. Sebut saja kami sebagai Ghost Kingdom, disingkat GK, dibaca JiKey.. Kenapa begitu? Karena kami adalah kerajaan setan, ini hanya pengandaian. Salsa sebagai ratu, Elva sebagai putri, Gue sebagai perdana menteri, Dita sebagai penasihat, Sifa sebagai badut kerajaan, dan Nisa&Tiwi sebagai dayang-dayang. Gue kangen banget sama 6 manusia absurd ini. Kita udah dekat sejak kelas 1 SMP, tapi sekarang udah lumayan jarang komunikasi karena beda sekolah. Gue sering banget ngelakuin kegiatan absurd (banget) sama satu orang yang paling dekat sama gue, yang akan gue ceritakan di postingan ini. Gue akan mengurutkannya dari yang gak begitu dekat sampai yang paling dekat, ya walaupun pada dasarnya gue juga deket sama mereka. Bingung? Lupakan! Langsung aja ya..

 Yang lihat kamera, itulah Ghost Kingdom

Yang pertama adalah Salsabila Ramadantie. Cewek berambut panjang dan berkacamata ini adalah orang yang suka banget sama hal-hal yang berbau Jepang. Kayak komik, gambar-gambar, sampai gaya rambut, dan masih banyak lagi yang gak gue ngerti. Oh iya, dia jago banget gambar loh. Gambar-gambar manga gitu, berikut detail dan kecepatan dalam penggambarannya. Ehm, sama satu lagi dia jago Bahasa Inggris! Gue kadang suka nanya-nanya tentang Bahasa Inggris sama dia. Terus suka menikmati hasil karya gambarnya. Sal, gak perlu nge-fly ya.. (kalau baca) Tapi, dia kadang suka memamerkan hasil gambarnya ke beberapa orang di sampingnya, itu negatifnya, muehehe..

Hasil karya Salsa yang diambil dari facebook

Ini dia sosok aslinya Salsa
Lanjut! Orang-orang ini langsung gue ceritakan sekaligus aja ya, soalnya mereka itu punya magnet alami sendiri, yang satu kutub utara, satunya lagi kutub selatan, jadinya mereka gak bisa lepas gitu. Mereka adalah Anisah Yumna Haneswuri dan Retno Herningrum Pratiwi. Si Nisa yang biasa disapa Enjum ini adalah manusia dengan ciri-ciri rambut keriting dan punya tahi lalat di dagunya (maaf nis untuk detail terakhirnya, haha). Nisa itu orangnya heboh banget, tapi di sisi lain dia juga pendiam. Di mana sisi pendiamnya? Ya di keluarganya. Ini serius, beda banget deh kalo dia lagi bareng keluarga dan temannya. Kejadian absurd yang suka dia lakukan adalah memanggil-manggil nama gue saat upacara berlangsung lalu tertawa tidak jelas. Aneh..
Tiwi adalah anak yang gampang bergaul, sama siapa aja dia orangnya asik. Waktu jadi murid baru di SMP gue, dia juga cepat punya teman dekat. Eiiitttt.. Tapi dia sama hebohnya sama Nisa, apalagi kalau mereka udah bersatu membentuk format 'tawa keras', udah susah ditanggulangi. 
Tapi intinya mereka itu asik, bikin ketawa, dan suka menolong gue kalau lagi susah. Jadi kalau ada yang butuh bantuan, tinggal mention mereka di twitter aja ya @anisahyumhans dan @RetnoHPratiwi , kenal gak kenal gak peduli deh gue, hahaha..

Nisa, Tiwi, dan adiknya Tiwi

Tiwi dan Nisa tampak dekat
Berikutnya adalah Dita Nur Azijah. Cewek berambut panjang lurus dan hitam manis ini kerap kali menjadi ledekan gue dan Sifa (akan gue ceritakan). Entah karena dia orangnya sabar atau gimana, tapi seru aja.. (Buat Dita, maafkan temanmu ini ya hehe..) Dita ini adalah Ratu (paling) Galau di antara GK, yang kedua Nisa. Hidupnya dia diwarnai dengan kegalauan yang tak kunjung tamat. Dia sering curhat dan gue sering kasih solusi, tapi tetep aja dia susah move on. Tapi dibalik kegalauannya itu, dia adalah teman yang paling sabar loh dan hanya pendengar yang baik (bukan pemecah masalah) yang seiring cerita curhat dari beberapa temannya, dia akan menyelesaikannya dengan kata "sabar". Well, rumah gue sama dia deket loh.. (terus?)

Yang tertarik bisa mention @Dita_nurazijah
Dita dan gue saat SMP
Elva Mustika Rini, ya. Cewek berkerudung, paling manis dan punya tahi lalat di dagu (gue gak nyebut tompel, ya) ini sering dipanggil elva, vyong, epa, atau sesuka hati lo ya. Walaupun di luar dia tampak manis dan alim (berkerudung), tak ada yang mampu mengatasi jurus lemparan benda-benda di sekitarnya kalau dia lagi marah, intinya dia agak kasar. Keunggulan teman gue yang imut ini adalah di bidang sastra Indonesia, dia menyebut dirinya sebagai penulis amatir. Selain itu, Bahasa Inggrisnya juga kenceng loh. Sama seperti Salsa, dia sangat suka hal-hal berbau Jepang dan jago gambar manga juga. Meluruskan sedikit, belum terlalu jago, masih tahap proses ahli gambar, hehe.. Kalau lagi curhat sama dia, dia suka memberikan solusi tegas dan berdasarkan kekuatan otak (bukan hati). Mau lebih jelas, tanya langsung sama Dita sebagai penikmat solusi putri Elva. Gue juga suka belajar banyak loh soal Bahasa sama dia, hihihi..
Elva tampak ceria
 kebersamaan Elva dan gue sesaat sebelum ditimpuk

Yang terakhir dan terdekat adalah Sifa Cahayati. Sifa adalah orang yang pintar, lumayan  cantik, dan baik. Dulu, gue dan sifa sering banget belajar dan curhat bareng. Entah punya daya tarik apa, gue paling senang komunikasi dengan dia dibanding 5 orang lainnya. Dia adalah pendengar sekaligus pemecah masalah gue yang baik, walaupun gak selamanya bisa memecahkan masalah gue *straight face*. Semua hal absurd, bakalan gue dan sifa tertawakan. Mau orang lagi jalan ataupun lagi diam, semua lucu bagi kami. Semua aib gue ada di dia begitupun sebaliknya. Sampai saat ini, belum ada gue temukan orang yang sama dan senyaman dia. Untuk kekurangannya, dia agak sedikit cuek sama masalah yang (dianggapnya) tidak penting dan sangat susah komunikasi sama dia sekarang ini. Karena berbeda jurusan sekolah (dia SMK gue SMA), gue jadi sulit bertukar pikira tentang pelajaran dengannyalagi, huhuhu...  Dia ini penggila korea, entah kenapa. Semua hal berbau korea ada di setiap jendela hidupnya, bahkan debu yang bersarang juga korea.

 Bukti kecanduannya sama orang Korea
Ini adalah masa-masa kealayan Sifa dan gue

Memulai proses kedewasaan
Kembali ke format semula (baca: alay)

Di keseharian gue waktu SMP, gue paling sering jalan sama Sifa Dita. Makanya kerap kali, orang menyebut kami 3 alay. Ini adalah bukti konkret yang pahit untuk diingat (masa alay) :

 Dita, gue dan Sifa sedang menjelajah hutan
Waaah.. Rasanya pengen narik mereka semua untuk sekolah di sekolahan gue terus main bareng lagi. Tapi, it's just my wish.  Banyak banget kenangan brey, haha. Untuk ke-6 temen gue yang baca, ini cuma opini gue tentang kalian ya, hehe. Tetap ingat sama gue dan jadi teman yang (sangat) baik. I LOVE YOU, GUYS..
  

"Tidak peduli sebesar apa kamu perhatian sama sahabatmu. Ketika dia membutuhkanmu dan kamu ada di dekatnya, itu sudah lebih dari cukup." - Tifany
"Teman sejati tidak hanya ada saat sekarang, tapi akan selalu ada sampai Tuhan yang meniadakannya" -  Tifany 

Thursday, 4 April 2013

Bukan Makanan

Heyhoo!
Hari ini adalah hari belajar di rumah. Ya, layaknya postingan gue sebelumnya, hari ini tidak bisa dikatakan hari libur. Untuk mengisi kekosongan, maka gue melakukan hal-hal yang sebisanya aja. Sebelumnya, gue pernah bahas mengenai instagram yang sedang booming. Di sana terdapat (ini kayak mendeskripsikan suatu tempat, ini absurd), foto-foto makanan orang gaul yang tersebar. Gak mau kalah, gue juga bisa. *sorakan dan tepuk tangan* *merapihkan kerah baju* Tapi, kali ini gue melakukannya dengan tehnik (baca: cara) gue sendiri. Inilah diaaaa, 'bukaaaannn maakaannaann'!!

Plate with Cream Ala Dubidubidam

Bingung? Gue lebih.
Oke, biar gue beri pencerahan sedikit. Plate with Cream Ala Dubidubidam itu bukan makanan, inget. Itu adalah sebuah piring di mana terdapat cream vanilla, coklat, dan nanas di atasnya. Mungkin bagi orang lapar, mereka akan melahap semuanya. Semuanya. Mungkin.. Jangan bayangkan! Tapi ini sebenarnya cuma postingan iseng, kok. Gak usah diambil pusing. Mencoba tidak mainstream dengan hal aneh itu menyenangkan. Tapi, pesan gue cuma satu: "Don't try this at home!"
Okay, see ya.. :))

Happy birthday, Martin!

Kali ini gue akan nge-share tentang peristiwa (gak sedramatis itu juga sebenarnya) ulang tahun Martin, adik gue, berikut keanehannya dan keseharian gue bersama dia. Di sini, gue akan nge-share beberapa foto-fotonya. Selamat membaca (teracuni) dan semoga terhibur! :))

"Selamat Ulang Tahun, Martin! Semoga tidak cupu lagi.." itu adalah cuplikan doa dan ucapan yang gue berikan saat Martin berulang tahun kemarin (Kamis, 4 April 2013). Satu detik setelah itu, dia menghampiri gue dan marah. Well, walaupun dia marah, tapi masih terlihat senyum di bibirnya, jadi dia gak marah beneran, kok. Sore harinya, waktu dia pulang ke rumah, kita (keluarga) ngasih sedikit kejutan. Yak, kue dan hadiah. Waktu gue tanya sih, katanya dia senang, tapi entahlah. Kejutannya juga awkward banget. Udah nge-take beberapa foto yang keren, setelah dicek ulang, alhasil foto-fotonya hilang semua. Sempat kesel (banget) sih, tapi ya udahlah. Tapi, ini ada foto ketika Martin bermain bersama hadiah yang dia dapatkan:

Aslinya lebih imut (bukan promosi)
 
 
Gue juga akan nge-share foto-foto gue bersama dia. Gue dan Martin sering melakukan hal aneh, misalnya bertindak layaknya pesinetron yang ceritanya lagi klimaks banget konfliknya (serius, itu dulu) dan bergaya layaknya anak bayi (ini sangat-sangat dulu). Tapi, adakalanya suasana serius terjadi, seperti sekarang saat mulai dewasa, dan hal-hal dulu jarang terulang kembali. Ini adalah saat gue dan Martin terlihat normal (yang atas sekitar 4 tahun lalu, di bawahnya pada tahun2012) :
 
Tampak perubahan wajah yang mendasar
 
 
Martin sendiri, suka mempermainkan webcam. Ya, mempermainkan webcam. Semenjak laptop kami ber-webcam, dia suka mengambil gambarnya (foto) dengan editan-editan yang ada di dalamnya. Bingung? Sama gue juga. Nih, gue kasih buktinya :

Hati-hati dengan kesehatan mata anda!
 
Oke, sampai di sini dulu postingan tentang Martin. Sekali lagi, Happy Birthday for ya! Selamat beraktivitas kembali.. ^^

Tuesday, 2 April 2013

Mencoba Postingan yang Berbeda

Hell-o!
Kali ini gue mencoba untuk nge-post tulisan puitis. Yap, berhubung lagi home alone, berniat bikin kata-kata yang berhubungan dengan 'kesindirian'. Cuma iseng sih, kalo gak bagus, maafin aja ya. Ini diaa.~

Memori Dalam Kesendirian

Bersemayam dalam kesindirian
Ya, mungkin ini yang dapat kulakukan
Mencoba berbicara dalam hening
Pada pikiran dalam diri
Apa yang hendak ku isi dalam kekosongan ini?

Terlintas cepat memori luka dalam akal
Begitu sakit untuk ku ingat kembali
Betapa bodohnya aku saat itu
Melakukan hal di luar harapan
Mengukir sejarah pada pengalaman

Andai semua dapat ku edit
Dalam teknolgi yang tak terhenti
Ingin sekali ku perbaiki hal pahit itu
Dengan perubahan kecil yang bijaksana
Kelak, orang akan tersenyum bahagia
Melihat hasil yang ku harapkan

Tapi apa daya...
Tak bisa ku merubah semuanya
Hanya waktu yang akan berkata
Akan seperti apa hasilnya
Entah orang-orang akan marah
Atau menuangkan semangat kecil
Dalam diri yang bersedih 


 Gambar ini diambil dari google

Yuhuuu, emang isinya galau. Entahlah, pengen beda aja dari postingan sebelumnya. Gue gak jago dalam berpuitis, jadi kalau boleh kritik dan sarannya, ya. Itupun, kalau ada selain 3 pihak (jelasnya, pada postingan kedua blog ini), yang tahu dan baca blog gue. Oke, sampai sini dulu. Enjoy!